Translate

Friday, 17 January 2014

Jalan Hidup menjadi Seorang Evertonian

Jalan Hidup menjadi Seorang Evertonian

EVERTONIANS are born not manufactured,
We are chosen We do not choose,

Nama saya Raja Denny Steven, biasa dipanggil Denny, tapi ada juga yang memanggil dengan sebutan Raja atau Kingz. Saya lahir di Jakarta, 18 Maret 1991.
Sebelumnya saya bukanlah orang yang suka dengan dunia sepak bola, bahkan bisa dibilang tidak tertarik sedikitpun dengan sepak bola. Namun entah karena takdir atau apa, dari sebuah perjalan hidup yang tidak terduga saya menjadi suka dengan dunia sepak bola yang tentunya diawali dengan kecintaan pada klub kebanggan (klub jagoan) ku, yaitu Everton FC. 

Berikut kisahnya.
Setelah lulus SD pada Juni 2003 saya dibelikan Play Station 2 (PS2) sebagai hadiah kelulusan SD oleh ayah saya. Saat duduk di bangku kelas I SMP teman sekelas saya banyak yang menyukai sepak bola dan mereka mempunyai klub jagoan masing-masing. Mereka juga selalu bercerita tentang tim jagoannya, terutama setelah timnya memenangkan pertandingan. Ada yang suka Chelsea, Manchester United, AC Milan, dan klub-klub besar lainnya. Karena adanya pengaruh lingkungan tersebut saya juga merasa harus mempunyai klub jagoan yang juga bisa dibanggakan.

Beberapa hari kemudian saya berusaha mencari tim jagoan saya dari game PS2, Winning Eleven (WE). Dari banyaknya klub akhirnya saya menemukan tiga yang kelihatannya cocok, yaitu Middlesbrough, Chelsea dan Everton. Karena saya menyukai warna biru, Middlesbrough yang berwarna dasar merah saya hilangkan dari daftar pilihan. Tinggallah dua klub yang sama-sama mempunyai julukan ‘The Blues’. Kemudian saya bermain game WE menggunakan klub Chelsea yang kostum jersey dan celananya berwarna biru-biru. Tetapi entah kenapa saya merasa tidak cocok karena Chelsea terlalu hebat (padahal dari segi warna sangat sesuai dengan kesukaan saya). Setelah itu saya mencoba bermain memakai klub Everton yang warna kostum jersey dan celananya berwarna biru-putih. Warna kostumnya jelas bukan kesukaan saya karena celananya berwarna putih. Selain itu susah sekali memakai Everton dan kalau lawan komputer saya malah lebih sering kalahnya daripada menangnya. Tapi entah mengapa saya merasa agak cocok dengan Everton, mesikpun saat itu masih ragu.

Beberapa bulan setelahnya saya liburan dan menginap di rumah paman, tepatnya pada 7 Februari 2004. Hari itu pada malamnya kebetulan saya menyalakan televise dan mendapati channel yang menyiarkan pertandinagn Liga Inggris antara Everton vs Manchester United (MU).

Dalam hati saya berkata, “ Wah ini kan klub Everton yang ingin saya jadikan klub jagoan saya, coba nonton dulu ah.” Paman saya juga berkata,” Kebanyakan orang pasti jagoin MU supaya menang ya Den soalnya MU kan tim besar. Tapi namanya sepak bola ya belum tentu sih, menurut paman bisa saja Everton yang menang.” Kemudian saya pun menyaksikan pertandingan tersebut dengan harapan Everton bisa meraih kemenangan. Sayangnya justu Everton malah kalah 0-3 di babak pertama. Saya pun berujar masih ada babak kedua, segalanya masih bisa terjadi dengan tetap mendukung Everton. Ketika babak kedua dimulai Everton menyuguhkan permainan sepak bola yang sungguh fantastis dengan semangat dan pantang menyerah sampai titik darah penghabisan mereka bisa menyamakan skor pertandinagn menjadi 3-3. Tapi sayang seribu sayang karena Dewi Fortuna tidak berpihak kepada Everton malam itu. Van Nistelrooy mencetak goal kemenagan untuk MU di menit-menit akhir menjelang berakhirnya pertandingan yang mengubah skor menjadi 3-4. Saya jelas sangat kecewa dengan hasil pertandingan tersebut karena Everton sudah bermain dengan  gemilang. Tapi setelah menyaksikan pertandingan tersebut secara keseluruhan justru saya sangat yakin bahwa Everton adalah klub yang pantas untuk saya jagoan dan banggakan. Sejak itu pula saya berujar dalam hati, saya akan menjadi pendukung Everton yang setia. Ini klub yang hebat dan fantastis dan saya menyukai Everton karena permainannya yang luar biasa, bukan karena satu dua orang pemainnya, bukan juga karena perolehan gelarnya.

Setelah saya mendeklarasikan diri tentu banyak sekali teman yang bertanya, “Kok loe bisa suka sama Everton sih?”, “Suka Everton karena ada Wayne Rooney?”, “Everton uda dapat gelar apa aja?”, “Everton bukannya klub miskin?’ dan banyak pertanyaan lain yang membuat saya kesal. Tapi jelas bahwa saya memilih Everton menggunakan hati nurani. Saya menjadi pendukung Everton diawali dengan kekalahan dan nyaris terdegradasi pada musim 2003/2004 (peringkat 4 dari bawah). Jadi ketika Everton mengalami kekalahan, saya tidak ambil pusing. Begitu pula ketika menang, rasanya luar biasa senang.

Ada lagi hal lain yang berkesan tentang Everton. Tanggal 21 April 2009 saya akan menghadapi Ujian Nasional (UN) tingkat SMA, tetapi sehari sebelumnya (20/4/2009) di televisi disiarkan pertandinagn Semifinal Piala FA antara Manchester United vs Everton. Seharusnya malam itu saya tidur agar besok bias mengerjakan UN dengan tenang. Tapi kenyataannya saya malah tidak tenang jika tidak menyaksikan pertandingan tersebut (maklumlah, klub jagoan saya gitu lho). Ayah saya juga sudah menyuruh saya untuk tidur tapi tetap tidak bisa. Sampai pertandinagn babak kedua berakhir skor tetap 0-0. Begitu juga ketika babak ekstra time, KEDUA TIM tetap tidak bisa memasukkan bola ke gawang lawan. Untungnya Everton bisa menang adu penalty 4-2. Ketika Everton menang saya pun bisa tidur nyenyak dan keesokan harinya bisa mengerjakan UN dengan baik.

Match details Everton vs MU (3-4):

http://www.worldfootball.net/report/premier-league-2003-2004-everton-fc-manchester-united/
Goal-goal yang tercipta Everton vs MU (3-4): http://www.youtube.com/watch?v=H6mqO9C9qZg
Klasemen Akhir: http://www.soccerpunter.com/soccer-statistics/England/Premier-League-2003-2004


Penulis : Raja Denny Steven

No comments:

Post a Comment