Jalan Hidup menjadi Seorang Evertonian
EVERTONIANS are born not manufactured,
We are chosen We do not choose,
Nama saya Raja Denny Steven, biasa
dipanggil Denny, tapi ada juga yang memanggil dengan sebutan Raja atau Kingz. Saya lahir di Jakarta, 18 Maret
1991.
Sebelumnya saya bukanlah orang yang
suka dengan dunia sepak bola, bahkan bisa dibilang tidak tertarik sedikitpun
dengan sepak bola. Namun entah karena takdir atau apa, dari sebuah perjalan
hidup yang tidak terduga saya menjadi suka dengan dunia sepak bola yang
tentunya diawali dengan kecintaan pada klub kebanggan (klub jagoan) ku, yaitu
Everton FC.
Berikut kisahnya.
Setelah lulus SD pada Juni 2003 saya
dibelikan Play Station 2 (PS2) sebagai
hadiah kelulusan SD oleh ayah saya. Saat duduk di bangku kelas I SMP teman
sekelas saya banyak yang menyukai sepak bola dan mereka mempunyai klub jagoan
masing-masing. Mereka juga selalu bercerita tentang tim jagoannya, terutama
setelah timnya memenangkan pertandingan. Ada yang suka Chelsea, Manchester United,
AC Milan, dan klub-klub besar lainnya. Karena adanya pengaruh lingkungan
tersebut saya juga merasa harus mempunyai klub jagoan yang juga bisa
dibanggakan.
Beberapa hari kemudian saya berusaha mencari
tim jagoan saya dari game PS2,
Winning Eleven (WE). Dari banyaknya
klub akhirnya saya menemukan tiga yang kelihatannya cocok, yaitu Middlesbrough,
Chelsea dan Everton. Karena saya menyukai warna biru, Middlesbrough yang
berwarna dasar merah saya hilangkan dari daftar pilihan. Tinggallah dua klub
yang sama-sama mempunyai julukan ‘The
Blues’. Kemudian saya bermain game WE
menggunakan klub Chelsea yang kostum jersey dan celananya berwarna
biru-biru. Tetapi entah kenapa saya merasa tidak cocok karena Chelsea terlalu
hebat (padahal dari segi warna sangat sesuai dengan kesukaan saya). Setelah itu
saya mencoba bermain memakai klub Everton yang warna kostum jersey dan
celananya berwarna biru-putih. Warna kostumnya jelas bukan kesukaan saya karena
celananya berwarna putih. Selain itu susah sekali memakai Everton dan kalau
lawan komputer saya malah lebih sering kalahnya daripada menangnya. Tapi entah
mengapa saya merasa agak cocok dengan Everton, mesikpun saat itu masih ragu.
Beberapa bulan setelahnya saya
liburan dan menginap di rumah paman, tepatnya pada 7 Februari 2004. Hari itu
pada malamnya kebetulan saya menyalakan televise dan mendapati channel yang menyiarkan pertandinagn
Liga Inggris antara Everton vs Manchester United (MU).
Dalam hati saya berkata, “ Wah ini
kan klub Everton yang ingin saya jadikan klub jagoan saya, coba nonton dulu
ah.” Paman saya juga berkata,” Kebanyakan orang pasti jagoin MU supaya menang
ya Den soalnya MU kan tim besar. Tapi namanya sepak bola ya belum tentu sih,
menurut paman bisa saja Everton yang menang.” Kemudian saya pun menyaksikan
pertandingan tersebut dengan harapan Everton bisa meraih kemenangan. Sayangnya
justu Everton malah kalah 0-3 di babak pertama. Saya pun berujar masih ada
babak kedua, segalanya masih bisa terjadi dengan tetap mendukung Everton.
Ketika babak kedua dimulai Everton menyuguhkan permainan sepak bola yang
sungguh fantastis dengan semangat dan pantang menyerah sampai titik darah
penghabisan mereka bisa menyamakan skor pertandinagn menjadi 3-3. Tapi sayang
seribu sayang karena Dewi Fortuna tidak berpihak kepada Everton malam itu. Van
Nistelrooy mencetak goal kemenagan untuk MU di menit-menit akhir menjelang
berakhirnya pertandingan yang mengubah skor menjadi 3-4. Saya jelas sangat
kecewa dengan hasil pertandingan tersebut karena Everton sudah bermain
dengan gemilang. Tapi setelah
menyaksikan pertandingan tersebut secara keseluruhan justru saya sangat yakin
bahwa Everton adalah klub yang pantas untuk saya jagoan dan banggakan. Sejak
itu pula saya berujar dalam hati, saya akan menjadi pendukung Everton yang
setia. Ini klub yang hebat dan fantastis dan saya menyukai Everton karena
permainannya yang luar biasa, bukan karena satu dua orang pemainnya, bukan juga
karena perolehan gelarnya.
Setelah saya mendeklarasikan diri
tentu banyak sekali teman yang bertanya, “Kok loe bisa suka sama Everton sih?”,
“Suka Everton karena ada Wayne Rooney?”, “Everton uda dapat gelar apa aja?”,
“Everton bukannya klub miskin?’ dan banyak pertanyaan lain yang membuat saya
kesal. Tapi jelas bahwa saya memilih Everton menggunakan hati nurani. Saya
menjadi pendukung Everton diawali dengan kekalahan dan nyaris terdegradasi pada
musim 2003/2004 (peringkat 4 dari bawah). Jadi ketika Everton mengalami
kekalahan, saya tidak ambil pusing. Begitu pula ketika menang, rasanya luar
biasa senang.
Ada lagi hal lain yang berkesan tentang Everton. Tanggal 21 April 2009 saya akan menghadapi Ujian Nasional (UN) tingkat SMA, tetapi sehari sebelumnya (20/4/2009) di televisi disiarkan pertandinagn Semifinal Piala FA antara Manchester United vs Everton. Seharusnya malam itu saya tidur agar besok bias mengerjakan UN dengan tenang. Tapi kenyataannya saya malah tidak tenang jika tidak menyaksikan pertandingan tersebut (maklumlah, klub jagoan saya gitu lho). Ayah saya juga sudah menyuruh saya untuk tidur tapi tetap tidak bisa. Sampai pertandinagn babak kedua berakhir skor tetap 0-0. Begitu juga ketika babak ekstra time, KEDUA TIM tetap tidak bisa memasukkan bola ke gawang lawan. Untungnya Everton bisa menang adu penalty 4-2. Ketika Everton menang saya pun bisa tidur nyenyak dan keesokan harinya bisa mengerjakan UN dengan baik.
http://www.worldfootball.net/report/premier-league-2003-2004-everton-fc-manchester-united/
Goal-goal yang tercipta Everton vs MU (3-4): http://www.youtube.com/watch?v=H6mqO9C9qZg
Klasemen Akhir: http://www.soccerpunter.com/soccer-statistics/England/Premier-League-2003-2004
Penulis : Raja Denny Steven
No comments:
Post a Comment