Translate

Monday, 7 April 2014

Sweet Revenge! Match Review: Everton 3-0 Arsenal



Mungkin kejadiannya seperti ini, Martinez mencorat-coret catatannya, mengevaluasi kinerja tim asuhannya, siapa mengganti siapa sekaligus menganalisis kelemahan lawan selanjutnya, Arsenal. Tumpulnya penampilan EFC di babak pertama ketika melawan Fulham tentu tidak boleh terulang. Dan akhirnya Martinez memutuskan memilih Naismith dan Mirallas mengantikan Barkley dan Deulofeu yang menjadi starter di match sebelumnya. Saya pribadi kecewa kenapa Osman? Kenapa bukan Barkley yang dipasang? Walaupun bermain kurang baik ketika melawan Fulham namun tetap saja saya lebih memilih menonton Barkley. Dan kemudian jam 19.30 waktu Bandung dst pertandingan pun dimulai

Lawan kita adalah Arsenal, tim yang terakhir kita kalahkan di tahun 2007 di bulan Maret. Tentu bukan hal yang mudah, tapi selama Martinez jadi manager saya belum pernah merasa pesimis ketika Everton akan bertanding dengan tim manapun. Bukan hanya rangkaian kemenangan yang dia berikan namun juga permainan yang positif yang selalu menghibur.



Baru 2 menit berjalan, tendangan volley Leon Osman hasil throw in Baines hampir masuk ke gawang Szczesny namun sayang masih melebar. Arsenal membalas dengan usaha Podolski namun sama sama menyamping. Di menit 10 kapten Leon harus digantikan Ross Barkley karena mengalami insiden tabrakan dengan Bacary Sagna. Kekecewaan saya gak bertahan lama rupanya.




Tidak lama kemudian entah darimana mantan pemain Everton di “booooo” dan Naismith yang terlecut oleh aksi beberapa supoter itu kemudian melakukan tackle cukup keras mengenai ankle Mikel. Dan aksi “booo” pun berlanjut hingga pertandingan berakhir.

Everton yang mengandalkan sektor kiri sebagai titik awal penyerangan akhirnya berbuah gol. Baines yang berdiri bebas mengirimkan umpan mendatar yang tajam semacam killer ball gitu ke Lukaku. Tendangan kaki kiri Lukaku masih bisa di tepis Szczesny namun sayang sekali bola jatuh ke kaki Steven Naismith. Dengan space yang sebesar itu bagi seorang striker sekelas Naismith tentu tidak sulit untuk menceploskan bola ke gawang lawan. Gol. Naisy merayakan golnya dengan selebrasi khas, khas Ronaldo Nazario Da Lima.

Leighton Baines kembali bermain istimewa seperti biasanya. Bukan hanya karena ban kapten yang diembannya, atau gaya rambut a la Alex Turner nya tapi juga crossing dan movementnya.

Seiring dengan permainan Arsenal yang tidak mengalami peningkatan berarti, Everton kembali mengancam dari sisi kiri. Di menit 34, Mirallas memberikan bola ke Lukaku yang sedang berlari dan tidak dijaga Monreal. Gerakan cut inside Romelu berhasil memperdaya Monreal dan Vermaelen. Gol. 2-0.

Babak kedua dimulai, Arsenal mulai sadar mereka kalah 2-0. Rosicky bermain lebih agresif ke depan, Begitu juga Podolski namun duet Stones – Distin bermain jauh lebih solid.





Everton bukan bermain tanpa cela. Aksi individual Kevin Mirallas di daerah pertahanan sendiri hampir berbuah gol bagi Arsenal. Namun kemudian Mirallas menebus kesalahan dengan kontribusinya di gol ketiga EFC. Setelah memenangi duel dengan Sagna, dia memberikan bola ke Naismith yang kembali bisa ditepis Szczesny. Bola liar kemudian disambut Mirallas dan akhirnya masuk. Gol tersebut dinyatakan sebagai gol bunuh diri Mikel Arteta. Penampilan pemain yang memperkuat Everton di tahun 2005 – 2011 ini semakin mempermanis kemenangan Everton. Gol. 3-0.



Di sisa 20 menit pertandingan Everton bermain dengan kepercayaan diri yang tinggi, sesekali menampilkan beberapa trik, dan melakukan passing-passing dengan nyaman. Everton tahu mereka sudah menang dan Arsenal pun tahu meraka sudah kalah. Martinez kemudian menggunakan sisa jatah pergantian pemainnya, Naisy digantikan Aiden, dan Deulofeu masuk menggantikan Lukaku. Hingga pertandingan berakhir skor tidak berubah. 3-0. Kemenangan terbesar atas Arsenal dalam 25 tahun. 9 Kemenangan beruntun di Goodison Park. 
Everton menampilkan salah satu permainan terbaiknya di musim ini. Mereka mampu membayar kekalahan 4-1 di FA Cup sekaligus mengancam posisi Arsenal di perebutan tiket UCL mengingat EFC masih mempunyai satu pertandingan yang belum dimainkan melawan Crystal Palace. Setelah 6 kemenangan beruntun ini semoga dapat menjaga performa ini sampai laga melawan Manchester City bulan Mei nanti. In Martinez We Trust.


No comments:

Post a Comment