Turun tanpa diperkuat oleh Tim
Howard, Phil Jagielka dan Tony Hibbert yang dibekap cedera, Everton berambisi
membayar kekecewaan fans atas kekalahan memalukan 0-3 atas Wigan Athletic
sekaligus memupuskan peluang memenangkan FA Cup seminggu sebelumnya. Sedangkan
Manchester City yang juga timpang dengan absennya kapten Vincent Kompany, Sergio
Aguero dan Yaya Toure tetap berambisi mengejar ketertinggalan 12 poin dengan
Manchester United yang kokoh di puncak klasemen.
Keberhasilan formula tradisional
Moyes.
Everton memakai formasi andalan
Moyes yaitu 4-4-1-1 dan memulai
pertandingan dengan sangat baik, melakukan direct passing, pressing
ketat dan high-defensive line sehingga anak asuhan Roberto Mancini yang secara
skill individu memiliki kualitas di atas skuat David Moyes tidak dapat bebas
bergerak dan berlama-lama memegang bola.
Terlihat jelas bagaimana
kombinasi one-two Bainaar (Baines–Pienaar) dan MiraCole (Mirallas-Coleman)
lebih menguasai flank dibanding para pemain City. Aksi move into channel Pienaar
dan Mirallas berhasil menarik pemain bertahan City dan memberikan ruang bagi
Coleman dan Baines untuk melakukan crossing. Bahkan Kevin Mirallas turut
menyumbangkan gol indah bagi The Toffees tetapi gol tersebut dianulir karena
posisi Mirallas dianggap offside ketika akan menerima bola.
Di tengah, trio Fellaini-Osman-Gibson
bermain istimewa, Fellaini yang mengandalkan fisik nya baik di ground battle
ataupun aerial duel memaksa Javi Garcia-Gareth Barry sering menyisakan ruang
kosong di lini tengah City. Leon Osman yang kali ini menjabat sebagai kapten
tim juga bermain apik dengan merusak alur bola City sekaligus pusat dari
kreativitas Everton. Darron Gibson seperti biasa bertindak sebagai Deep Lying
Playmaker terus menerus mendistribusikan bola sekaligus menjaga tempo
permainan. Terlihat sangat superior dan enak untuk ditonton.
Dan akhirnya gol pun tercipta
pada menit 32, diawali penetrasi khas Seamus Coleman kemudian menyodorkan bola
ke Leon Osman yang tidak mendapat penjagaan sama sekali. Dengan tendangan kaki
kiri dari jarak 25 yard, bola melengkung Osman dengan mulus meluncur ke gawang
Joe Hart. Gol, 1-0 untuk tuan rumah.
Penampilan Victor Anichebe pun
layak di acungi jempol. Bermain tanpa rasa lelah sebagai advanced forward yang tidak
hanya memberikan celah bagi rekan setim untuk membuat peluang namun berusaha
mencetak gol menghasilkan beberapa kali standing applause dari penonton.
City gagal melepaskan diri
Tim tuan rumah menurunkan formasi
yang lumayan tidak biasa yaitu dengan memasang 3 bek di depan Joe Hart,
walaupun sebelumnya Mancini pernah menerapkan formasi ini. Bermain di bawah
tekanan sepanjang babak pertama praktis permainan possession dan kreativitas
anak anak City tidak keluar, jangankan menguasai lini tengah, Milner dan
Kolarov yang diplot sebagai pemain sayap pun lebih banyak menahan gempuran
pemain Everton.
Sirkulasi bola yang biasanya
dibangun dari bawah pun tidak banyak terlihat di babak pertama, absennya Aguero
menurut saya menjadi penyebab mandeknya serangan City. Permainan Aguero yang
lebih sering datang menjemput bola dan mengacaukan garis pertahanan lawan dan
memberi ruang bagi Tevez dan Silva tidak dapat dilakukan dengan baik oleh
Dzeko. Begitu juga David Silva dan Carlos Tevez yang tidak banyak beraksi
karena Javi Garcia yang diplot sebagai Box To Box Midfielder justru lebih
banyak menemani Gareth Barry membantu pertahanan. Hal ini juga yang membuat
Leon Osman dengan bebas menceploskan bola ke gawang Hart, Osman yang seharusnya
dijaga, berdiri bebas karena
Garcia berada terlalu bawah menjaga areanya. Dengan absennya Kompany,
Yaya Toure dan Aguero, terlihat jelas City cukup kehilangan 3 pemain intinya
tersebut.
Jan The Man
Pendekatan agresif yang
diperagakan Leon Osman dkk mengakibatkan beberapa kartu keluar dari kantong
wasit Lee Probert, termasuk kartu kuning kedua yang diterima Steven Pienaar
pada menit ke 61. Setelah Pienaar sent off, City merespon dengan cepat. Nasri
masuk menggantikan Barry untuk menambah daya gedor dan kreativitas tim, Milner
yang beberapa kali lolos dari kartu kuning wasit diganti oleh Clichy untuk
membantu menguasai sisi lapangan Everton yang sepanjang pertandingan tidak
berhenti naik turun, kemudian Mancini mengganti Kolo Toure dengan Scott
Sinclair pada menit 83 dengan harapan dapat menyamakan kedudukan.
Adalah Jan Mucha, penjaga gawang
yang selama ini ada di bawah bayang bayang Tim Howard bermain fantastis
menggagalkan beberapa peluang matang City diantaranya double-save peluang Tevez
dan rebound Milner dan aksi one on one dengan Pablo Zabaleta. Mucha pun
dinobatkan menjadi Man Of The Match pertandingan tersebut. Ditin dan Heitinga
pun bermain padu di depan Mucha.
Terlalu asik menyerang, Everton
melakukan serangan balik pada injury time. Melalui penetrasinya, Fellaini menggiring
bola ke depan kemudian mengoper ke Jelavic yang tidak terkawal. Bukannya
langsung menendang, Jelavic lebih dahulu mengontrol bola kemudian menggunakan
kaki kirinya dan akhirnya bola dengan cantiknya melewati Gael Clichy sekaligus
Joe Hart. Selebrasi emosional Jelavic, Gwladys Road End yang bergemuruh, Moyes
mengepalkan tangannya ke udara, undescribeable feeling. Full Time, 2-0.
Goodison Park is too good for Manchester City.
We Love You Everton. We Do.
mantep uyy...
ReplyDeleteGantiaaan jangan maen topeleven mulu! :))
ReplyDelete